Selasa, 16 Desember 2014

Kekosongan

Rabu, 3 Desember 2014

            Aku kembali merasakan kekosongan itu. Perasaan yang tiba-tiba muncul tiap kali aku mencoba menerima kenyataan yang menyinggung titik kesedihanku. Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba hilang dari dalam tubuhku, sesuatu yang sangat penting tapi tak ku ketahui, sesuatu yang aku tak bisa hidup tanpanya. Kekosongan ini begitu terasa, menuntut untuk diisi. Seperti paru-paru yang selalu menuntut udara dalam tiap detiknya.
Ataukah kekosongan ini adalah penjelmaan dari rasa kehilangan yang belum juga bisa kubuang dari hatiku. Kehilangan akan kebahagiaan yang tak pernah kusadari keberadaannya, karena ia sangat halus. Tersembunyi diantara kata-katanya yang indah dan menyejukkan. Kebahagiaan yang seolah semu, tapi nyata karena ia adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang tak menuntut apa-apa.
Tapi kebahagiaan itu telah hilang beberapa tahun yang lalu seiring dengan kepergiaannya. Tak mungkin ia kembali, karena aku tak mampu menghidupinya. Aku tak seperti alam yang punya hujan untuk menghidupi setiap makhluk yang hidup didalamnya. Aku juga tak bisa memintanya kembali, karena ia telah menemukan airnya dioase yang lain. Sedang oaseku pun telah mengering, tak ada alasan baginya untuk kembali seandainya aku meminta.

Tapi tetaplah hidup wahai orang yang amat berarti bagiku. Cukup bagiku mengetahui keberadaanmu yang selalu bernafas dengan damai ditempatmu yang sangat jauh disana. Tetaplah hidup meskipun nanti aku harus mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar